BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertian lansia
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Di seluruh dunia penduduk Lansia (usia 60 +) tumbuh dengan sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Sedangkan menurut Undang-undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1, merumuskan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak memupunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Berikut adalah batasan-batasan pada lansia:
à WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi:
a) Middle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45 – 59 tahun
b) Elderly , antara 60 – 74 tahun
c) Old, antara 75 – 90 tahun
d) Very old, lebih dari 90 tahun
à Klasifikasi lansia berdasarkan kronologis usia, yaitu :
a) Young old: 60-75 tahun
b) Middle old: 75-84 tahun
c) Old-old: >85 tahun (Wold: Basic Gerontology nursing)
à Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a) Fase iuventus, antara 25 -40 tahun
b) Fase verilitas, antara40 -50 tahun
c) Fase prasenium, antara 55 – 65 tahun
d) Fase senium, lebih dari 65 tahun
2. Masalah pada Lansia
Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 adalah 55.30 tahun, pada tahun 1985 adalah 58,19 tahun, pada tahun 1990 adalah 61,12 tahun, dan tahun 1995 adalah 60,05 tahun serta tahun 2000 adalah 64.05 tahun (BPS.2000) Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka 2 ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas.
Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :
a. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit.
b. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati.
c. Perubahan panca indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa.
d. Perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu rentannya terhadap berbagai penyakit , karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) masih tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia 55 tahun ke atas sebesar 25,7 persen. Berdasarkan 3 SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6 persen ( Wirakartakusumah : 2000) dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Wirakartakusumah : 2000). Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Datangnya menopause bagi perempuan akan menimbulkan perasaan tidak berguna , karena mereka tidak dapat bereproduksi lagi.
Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi social yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat. Berikut beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya adalah :
a. Menurunnya daya tahan fisik.
b. Masa pensiun bagi lanjut usia yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang menyebabkan menurunya pendapatan dan hilangnya prestise .
c. Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua.
d. Urbanisasi penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar.
e. Kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia.
f. Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha.
Dengan permasalahan yang komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia.
BAB II
PERKEMBANGAN MUTAKHIR
A. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, dilakukan dengan tenaga khusus dan professional, biaya relative murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan diakui kebenarannya secara ilmiah.
B. Beberapa Indeks Antropometri pada Lansia Serta Cara Perhitungannya
Indeks Antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri merupakan rasio dari suatu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran. Untuk mengkaji status gizi secara akurat, beberapa pengukuran secara spesifik juga diperlukan dan pengukuran ini mencakup Umur, BB (Berat Badan), TB (tinggi badan), Lingkar Kepala, BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh), Berat Badan Relatif (BBR), dan Rasio Pinggang Panggul (LPP), Lingkaran Perut, Lipatan Trisep, LLA dan LOLA.
Untuk pengukuran anthropometri pada lansia digunakan pengukuran yaitu :
a. Umur (Tahun)
b. BB (BeratBadan)
c. TB (tinggi badan)
Jika seorang lansia masih sehat dan dapat berdiri tegak maka pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan mikrotoise. Namun apabila seorang lansia tersebut sudah tidak dapat berdiri tegak diperlukan alat untuk mengukur tinggi badan yaitu tinggi lutut dan panjang depa :
ü Pengukuran tinggi badan dengan tinggi lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang (bungkuk) sukar untuk mendapatkan data tinggi badan akurat.
Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau nomogram bagi orang yang berusia >59 tahun.
v Formula (Gibson, RS; 1993)
Pria = (2.02 x tinggi lutut (cm)) – (0.04 x umur (tahun)) + 64.19 Wanita = (1.83 x tinggi lutut (cm)) – (0.24 x umur (tahun)) + 84.88 |
ü Pengukuran tinggi badan dengan panjang depa
Panjang depa relative kurang dipengaruhi oleh pertambahan usia. Pada kelompok lansia terlihat adanya penurunan nilai panjang depa yang lebih lambat dibandingkan dengan penurunan tinggi badan sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang depa cenderung tidak banyak berubah sejalan penambahan usia. Panjang depa direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan, tetapi tidak seluruh populasi memiliki hubungan 1:1 antara panjang depa dan tinggi badan.
Formula:
Pria = 118,24 + (0,28 x Panjang Depa) – (0,07 x Umur) cm Wanita = 63,18 + (0,63 x Panjang Depa) – (0,17 x Umur) cm |
d. BMI atau IMT (Indeks Masa Tubuh)
Body Mass Index (BMI) atau dalam bahasa Indonesia disebut Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan).
Rumus atau cara menghitung BMI yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m²).
|
Nilai BMI yang didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:
· Anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan
· Wanita hamil
· Atlet
BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya.
v Klasifikasi BMI menurut WHO 1995, WHO 2000, danWHO 2004
Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi BMI tersendiri untuk penduduk Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang Singapura dengan BMI 27 – 28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan orang-orang kulit putih dengan BMI 30. Pada orang India, peningkatan BMI dari 22 menjadi 24 dapat meningkatkan prevalensi DM menjadi 2 kali lipat dan prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan BMI 28. Grafik di atas menunjukkan bagaimana nilai-nilai ambang batas ini berbeda dengan Usia dan Jenis Kelamin.
e. Lingkaran Perut
Pengukuran lingkaran perut (waist circumference) kini menjadi metode paling populer kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran lingkaran perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis perifer (obesitas tipe gynoid), abdominal (obesitas tipe android), dan obesitas tipe ovid. Berikut adalah penjelasannya:
1) Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan disekitar pinggul dan bokong. Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthitis dan varises vena (varicoseveins).
Gambar . a
Gynoid
Gambar. b
Android
2) Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria, dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih siap melepaskanlemaknya ke dalam pembuluh darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder, stroke, dan jenis kanker tertentu misalnya kanker payudara dan endometrium.
Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus dengan perut gendut lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk dengan perut lebih kecil. Untuk diagnosis obesitas abdominal (tipe Android), lingkaran perut bagi wanita Asia adalah ≥ 80 cm dan bagi pria Asia adalah ≥ 90cm (bagi wanita Kaukasian ≥ 35 inci dan pria Kaukasian ≥ 40 inci).
3) Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah “besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
C. KMS Lansia
1. Pengertian KMS Lansia
Kartu Menuju Sehat Lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap kunjungan ke Posyandu Usila atau berkunjung ke Puskesmas yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan emosional serta deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi lansia. Pemeriksaan yang dicatat pada KMS Lansia adalah :
a. Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) tentang berat badan dan tinggi badan (pemeriksaan status gizi)
b. Pemeriksaan aktivitas sehari-hari (kegiatan dasar seperti mandi, makan/minum, tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya).
c. Pemeriksaan status mental dan emosional yang dilakukan oleh dokter.
d. Pengukuran tekanan darah.
e. Pemeriksaa Hemoglobin.
f. Reduksi urine untuk kadar gula pada air seni sebagi deteksi penyakit kencing manis (diabetes mellitus).
g. Pemeriksaan protein urine guna deteksi penyakit ginjal.
h. Catatan keluhan dan tindakan. Sekiranya ada permasalahan kesehatan yang perlu pengobatan saat itu atau perlu untuk rujukan ke Puskesmas.
Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang digunakan untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai pemeriksaan kesehatan.
Selain pencatatan tersebut terdapat anjuran untuk hidup sehat yang digunakan untuk penyuluhan yang disampaikan setiap selesai pemeriksaan kesehatan.
2. Kegunaan KMS Lansia
a. Memantau dan menilai kemajuan usia lanjut
b. Menemukan secara dini penyakit pada usia lanjut
c. Sebagai bahan informasi bagi usia lanjut dan keluarga nya dalm mememlihara dan meningkatkan kesehatannya
3. Bagian-bagian KMS Lansia
KMS usia lanjut terdiri dari dua halaman yaitu halaman luar dan dalam
a. Halaman luar dibagi menjadi 3 bagian :
· Bagian kanan
Bertuliskan judul, nama Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, nomor regigster dan identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS
· Bagian tengah
Beirsi ruang catatan untuk mencatat keluhan yang perlu diperhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diferita usia lanjut.
· Bagian kiri
Berisi pesan dan isi untuk hidup sehat serta keluhan yang perlu di[erhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diderita uisa lanjut.
b. Halaman dalam memuat
Catatan pemantauan yang meliputi : tanggal kunjungan, kegiatan sehari-hari, status mental/ masalah emosional, indeks masa tubuh (IMT), tekanan darah, nadi, hasil pengukuran Hb, hasil pemmeriksaan reduksi urine dan protein urine, disertai nilai normal dari IMT, tekanan darah dan HB. Grafik IMT utnuk menunjukkan keadaan IMT yang berlebih, normal, kurang.
4. Cara pengisian KMS usia lanjut
· Identitas uisa lanjut
Tulis identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS yang terdapat pada halaman luar bagian kanan. Coretlah data yang tidak sesuai. Lalu ukur tinggi badan dalam centimeter tanpa alas kaki dalam keadaan berdiri tegak dan catatlah hasil pengukuran di tempat yang tersedia.
· Tanggal kunjungan
Isilah tanggal dan bulan pada kolom kunjungan pertama, kedua dan seterusnya pada setiap bulan pada saat diadakan pemantauan usia lanjut di Puskesmas / kelompok. Apabila usia lanjut tidak dating pada bulan tersebut kosongkan 0kolom untuk bulan tersebut dan pencatatan berpindah utnuk bulan berikutnya.
· Kegiatan hidup sehari-hari
1. Tanyakan kepada usia lanjut atau keluarganya, apakah usia lajut masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan sama sekali?
( mandiri = kategori C )
2. Ataukah ada gangguan dalam melakukan kativitas sendiri, hingga kadang-kadang perlu bantuan ? ( ada gangguan = kategori B)
3. Ataukah sama sekali tidak mampu melakukan egiatan sehari-hari, sehingga sangat ytergantung dengan orang lain? (ketergantungan = kategori A )
4. yang dimaksud dengan kehidupan sehari-hari adalah kegiatan dasar dalam kebidupan, seperti : makan, minum, berjalan, mandi berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau buang air kecil dan sebagainya.
5. Kegiatan pekerjan di luar rumah, seperti berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian dll.
6. Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (mandiri, ada gangguan, ketergantungan)
7. Pemeriksaan ini dilakuakn setiap bulan.
· Status mental
Lakukan pemeriksaan status mental yang berhubungan dnegan keadaan mental emosional, dengan menggunakan pedoman berikut yang disebut metode 2 menit. :Pada tahap ini perlu dipersiapkan oleh petugas/ kader, hal-hal sebagai berikut :
ü Ciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman, agar usia lanjut betah.
ü Sikap ramah dan penuih perhatian akan kebutuhan usia lanjut secara menyeluruh sehingga mempermudah hubungan yang terbuka dan lancara antara usia lanjut dan petugas/ kader.
ü Ajukan pertanyaan dengan ramah dan tanpa menyinggung perasaan
0 komentar:
Posting Komentar