Jumat, 18 Januari 2013

Simbiosis Mutualisme Petani dan Mikroba


by : ICHSAN KURNIAWAN  

Pola pertaniankonvensional yang serba instan memang mulai terasa kian menimbulkan ragammasalah. Pencemaran lingkungan sekitar area pertanaman sebagai akibat daripemakaian pestisida dan pupuk sintetik pun mulai tampak. Belum lagi kondisitanah pertanian dimana sistem ini diterapkan. Sejak beberapa tahun silampemakaiannya, efek perubahan tingkat kesuburan tanah pertanian semakin harikian terlihat. Tanah menjadi semakin keras.
Hal lain yang mulaikita sadari yakni akumulasi racun yang hampir setiap hari singgah di meja makanrumah kita. Berbagai penelitian mengungkapkan residu bahan kimia berbahaya daripemakaian pestisida sintetis terakumulasi di dalam tubuh manusia. Endapan yangsedikit demi sedikit terus bertambah tersebut akan mencapai ambang batas dimanamelahirkan masalah serius pada kesehatan. Residu tersebut bersifat toksik danmenimbulkan jenis-jenis penyakit yang mampu membunuh semisal kanker. 
Tiga tahun belakanganpertanian organik bisa dibilang menjadi sebuah trend. Produk dari polapertanian ramah lingkungan ini semakin mendapat tempat. Harga hasilpertaniannya pun bisa menjadi dua sampai tiga kali lipat dibanding produk usahatani konvensional.
Serta merta programpemerintah pun mulai diarahkan ke sana. Dinas atau instansi mencanangkan visidan misi yang merancangkan program atau kegiatan berkaitan dengan pengembanganpertanian organik yang dituding sangat membela petani. Namun terlepas dari haltersebut, pertanian organik memang mengandung banyak nilai positif dan baik.
Bagaimana tidak,petani diajarkan untuk sadar dan konsisten menjaga moral dalam bertani.Pemanfaatan potensi serta sumber daya alam pun sekaligus menjadi solusi dalammengatasi berbagai masalah sarana produksi (saprodi) sebagai misal kelangkaanpupuk, harga pupuk maupun pestisida yang kian tak terjangkau.
Selain itu pertanianorganik dipapah menuju kemandirian petani dalam bersuaha tani. Menuntut jiwa fairdalam beragribisnis serta merancang pola pikir sumber daya manusia (SDM) yangkreatif, berilmu-pengetahuan dan teknologi dengan kemandiriannya tersebut.
Tentu saja. Bukankahpertanian organik menuntut petani dalam memadukan kegiatan pertanian denganelemen lain seperti peternakan. Selanjutnya mau tak mau, petani dengan dibekalikemampuan dasar yang diberikan melalui penyuluhan, akan memahami kaidahpertanian organik. Prinsip-prinsip dasar tersebut berilmu-pengetahuan danmerangsang pola pikir masyarakat tani. Tak menutup kemungkinan juga berawaldari hal tersebut, akan melahirkan petani-petani peneliti. Dengan mengetahuiilmu dasar seperti prinsip mikroba, kandungan unsur hara, kebutuhan tanah danlainnya, maka lambat laun- selama petani mau bertahan untuk konsisten dipertanian organik, pengetahuan tersebut akan berkembang terus dan terus.
Secara garis besarharapan pertanian organik adalah kelestarian lingkungan yang bersahaja. Hal iniakan tergambar dari terjalinnya hubungan baik (simbiosis mutualisme = salingmenguntungkan) antara petani dengan lingkungan termasuk mikroorganisme.

TEKNIS PENGKOLEKSIAN
Berikut adalahbeberapa tahapan pemanfaatan jasa mikroba dalam usaha tani. Pengkoleksianmikroba yang dikenal dengan MOL dilakukan dalam membantu penyuburan tanah yangberarti juga kita mengkondisikan mikroba pada habitat yang benar tanpamembunuhnya dengan pemakaian sarana produksi berbahan kimia berbahaya.Pengkoleksian ini dengan tujuan dapat dimanfaatkan dalam kegiatan usaha taniberbagai komoditi.

Mikroba I
-         Beras dimasakdengan kondisi akhir menjadi nasi yang agak keras atau belum menjadi nasi 1 kilogram
-         Sesudah langkah pertama kemudian nasi didinginkan
-         Masukkanke dalamwadah dapat berupa ruas bambu yangdi belah dan kemudian diikatpada kedua sisinya
-         Simpandi bawah pohon bambu selam ± 3 – 4 hari
-         Pindahkannasi dari ruas bambu ke pot tanah atau stoples

Mikroba II
-         Kedalam pot tanah atau stoples yang telah diisi dengan mikroba I dengan perbandingan 1 : 1 ( 1kg mikroba : 1 kg gulamerah (saka))
-         Tutuppot tanah atau stoples dengan kertas yang berpori dan di ikat dengan karet.
-         Lakukan fermentasi di tempat yang terlindung dari cahayamatahari langsung  ± 5 – 7 hari
-         Sudahbisa dipakai untuk kompos dan campuran pakan ternak

MikrobaIII
-         Encerkanmikroba II dengan air 1000 x ( 1 cc mikroba 2 dua ditambahkan 1ltr air).
-         Basahidedak halus dengan mikroba 2 (dua) yang telah di encerkan dengan air dengankebasahan 65 – 70 % dengan indikasi apabila di kepal akan bulat dan dijatuhkanakan pecah.
-         Fermentasidi atas lantai tanah dengan ketebalan ±10 – 15 cm.
-         Tutupdengan jerami atau daun-daunan, kemudian diatasnya tutup dengan plastik untukmenghindarkan dari air hujan selama ± 7 hari, di aduk 2 – 3 kali selama prosesfermentasi.
-         Sudahbisa di pakai untuk pengomposan.
MikrobaIV
-         Tambahkantanah lahan dan tanah gunung atau tanah rumpun bambu ke dalam mikroba III dengan perbandingan 1 : 1 : 1 (satu bagian mikroba III ditambah tanah gunung satu bagian dan ditambah tanahdari lahan satu bagian kemudian diaduk rata)
-         Ditebardan didatarkan di atas tanah dengan ketebalan 15 – 20 cm.
-         Tututpdengan jerami, kemudian tutup dengan plastik agar terhindar dari air hujan.
-         Biarkan,fermentasi selama ±7 hari.
-         Barubisa diaplikasikan ke lahan, sebaiknya ditambahkan abu dapur 1/3 bagian dengandosis 1,5 ons/m2.
MikrobaV
-         Tambahkanpupuk kandang yang telah kering ke dalam mikroba 4 (empat) dengan perbandingan1 : 1 (satu bagian mikroba IV ditambahkan satu bagian pupuk kandang)
-         Kemudiandi aduk rata dan di gelar di atas tanah ketebalan 15 – 20 cm.
-         Tutupdengan jerami atau daun-daunan, kemudian ditutup dengan plastik, untukmenghindari dari air hujan.
-         Fermentasiselama ±7 hari.
-         Mikroba5 (lima) siap untuk dipakai di lahan dengan dosis 1,5 ons/m2.

0 komentar:

Posting Komentar