Sabtu, 05 Januari 2013

Tillandsia, Semua Orang Jatuh Cinta Padanya

Rumah di Taman Cibaduyut Indah itu ibarat rumah kedua Jimmy Hans Darmawan. Hampir setiap akhir pekan ia menyambangi hunian di kawasan sentra industri sepatu di Bandung itu. Di sanalah ia melepaskan penat dengan merawat 120 jenis tillandsia. Sambil memegang selang yang terhubung pada kran, satu per satu koleksi disambangi. Begitu melihat ada tanaman kering, Jimmy langsung menyemprot dengan air berdebit rendah. Daun-daun tua digunting dengan hati-hati. Rutinitas sejak 1993 itu tak pernah membuat ia bosan. ‘Aktivitas seperti itu justru mengurangi stres,’ katanya.

Jimmy tak perlu lahan luas untuk menyimpan seluruh klangenannya. Anggota famili Bromeliaceae itu diikatkan pada papan pakis dan centong kayu. Untuk tillandsia berukuran jumbo ditanam dalam pot. Jimmy menata seluruh koleksinya di permukaan ram kawat yang dipasang di dinding garasi. Ada juga yang digantung di selasar rumah. Luasannya tak lebih dari 20 m2.


Tanaman udara
Jimmy mestinya bisa menikmati keunikan tillandsia tanpa harus bolak-balik ke Cibaduyut. Namun, kerabat nanas itu merana saat dipindah ke rumah barunya di kawasan Mekarwangi, sekitar 30 menit dari lokasi rumah lama. ‘Daun banyak yang kering. Mungkin kondisi suhu di rumah baru saya terlalu panas,’ kata karyawan sebuah pabrik tas itu. Akhirnya Jimmy terpaksa ‘berpisah’ dengan ratusan koleksinya itu. Tanaman itu disimpan di rumah lama.

Beruntung tillandsia tak perlu perawatan intensif. Meski hanya ‘dijenguk’ setiap akhir pekan, tanaman udara itu tumbuh subur. Bahkan beberapa di antaranya memamerkan bunga. Menyaksikan bunga tillandsia pemandangan langka karena bunga muncul sekali dalam hidupnya. ‘Ada yang baru berbunga setelah 7 tahun saya rawat,’ ujar pria berkacamata itu.

Berbagai keunikan itulah yang membuat Jimmy kepincut mengoleksi tillandsia. Begitu pertama kali melihatnya di kediaman seorang rekan, ia langsung terkagum-kagum karena tanaman itu ditanam dalam pot tanpa media. Tillandsia menyerap nutrisi dari daun dan akar. Itulah sebabnya ia kerap dijuluki air plant-tanaman udara.

Sosoknya juga menarik. Ada yang daunnya roset dan menjuntai bagaikan pita, ada juga yang seperti duri. Beberapa di antaranya berdaun melintir membentuk spiral. Dari rekannya itu Jimmy membeli koleksi perdananya dengan harga Rp350.000.

Langka
Sejak itulah Jimmy mulai berburu tillandsia. Nurseri Venita di kawasan Lembang menjadi lokasi perburuan favorit. ‘Setiap kali ada jenis baru, Jimmy orang pertama yang dihubungi,’ ujar Erminus Temmy dari Venita.

Kini beberapa jenis langka juga hadir di halaman rumah Jimmy. Salah satunya Tillandsia streptophylla. Jenis itu masih jarang ditemukan di tanahair. Ujung daunnya keriting. Karena itulah diberi nama Streptophylla-berasal dari bahasa Yunani yaitu streptos yang berarti melintir dan phyllus, artinya daun. Tanaman yang pertama kali ditemukan Scheidweller pada 1836 itu juga kerap dijuluki tillandsia shirley temple, aktris cilik Hollywood era 1970-an yang berambut ikal.

T. streptophylla tergolong tillandsia berukuran jumbo. Panjang daun tanaman dewasa minimal 18 cm. Tinggi tanaman bisa mencapai 60 cm. Sedangkan jenis lain rata-rata panjang daunnya hanya 5-7 cm.

Jenis langka lain yang dikoleksi Jimmy adalah Tillandsia xerographica. Tanaman asal El Savador, Meksiko itu juga tergolong tillandsia bongsor. Sosoknya menarik karena berdaun tipis dan pertumbuhannya roset hingga berdiameter 90 cm. Warna daun hijau berbalut keperakan. Namun, untuk merawatnya perlu kesabaran. Tanaman yang hidup di ketinggian 600-1.800 m dpl itu pertumbuhannya lamban. Sejak dibeli pada 2006, ukurannya tidak bertambah. Jimmy juga mengoleksi hasil silangan antara T. brachycaulos dan T. ionantha serta T. butzii dan T. caputmedusae.

Greenhouse Rp8-juta
Yang juga keranjingan mengoleksi tillandsia adalah Lusanto Tedja. Pria 29 tahun itu baru 6 bulan silam mengumpulkan aneka jenis tanaman asal Amerika Tengah dan Selatan itu. ‘Tillandsia perawatannya mudah. Jadi saya tak khawatir kalau sedang bepergian,’ ujar pemuda yang hobi travelling itu. Pengusaha konveksi di Bandung itu menggantung ke-40 jenis tillandsia koleksinya pada cabang pohon cemara udang.

Nun di Jakarta ada Empi Prasetya yang juga mengoleksi kerabat neoregelia itu. Setiap kali bepergian ke Bandung, Bogor, Semarang, hingga mancanegara-seperti Belanda dan Malaysia-selalu ia sempatkan untuk mencari tanaman epifit itu. Lokasi di daerah panas tak menyurutkan pria 35 tahun itu mengoleksi tillandsia. Maklum, umumnya tanaman itu dibudidayakan di daerah berketinggian di atas 400 m dpl. Pernah suatu kali ia memborong tillandsia dari Malaysia. Baru sepekan di ibukota, daunnya mengering seperti terbakar.

Itulah sebabnya Empi rela mengeluarkan biaya Rp8-juta untuk membuat greenhouse khusus tempat menyimpan 100 jenis koleksinya. Anggota subfamili Tillandsioideae itu disimpan di bawah naungan 2 lapis jaring peneduh berkerapatan 60%. Artinya, sinar matahari yang diterima tanaman hanya 40%.

Untuk menjaga kelembapan, Empi meletakkan ratusan pot tillandsia di permukaan kolam. Saat kemarau tirai jaring peneduh dibuka agar sirkulasi udara lancar. Sedangkan saat hujan tirai ditutup agar suhu panasnya terjaga. Semua itu demi kecintaannya pada tanaman udara. (Imam Wiguna/Peliput: Kiki Rizkika)

http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=7&artid=1610

0 komentar:

Posting Komentar