Jumat, 11 Januari 2013

Wihara Dewi Kwan In Desa Polagan, Prasati Sejarah Yang Terlupakan


Pimred Bersama Bpk Kosalah (Ketua Wihara Dewi Kwan In)
Pamekasan, DINAMIKA BANGSA
Indonesia yang kental dengan dengan budaya Budha dan Hindu yang sampai saat ini masih tetap di akulturasikan dengan budaya Islam yang menjadi agama mayoritas bangsa Indonesia, namun biar bagaimanapun keberadaa dua agama tersebut (Hindu dan Budha) harus tetap dilestarikan dan dirawat keberadaannya, seperti wihara dewi kwan in yang ada di desa polagan kecamatan galis kabupaten pamekasan yang sampai saat ini masih tetap tertata rapi baik dari arsitektur bangunan atau peralatan lainnya.
Keberadaan candi yang megah dan mewah tersebut meskipun berada di lokasi terpencil dikabupaten pamekasan, namun sangat mudah dijangkau oleh masyarakat, karena lokasinya yang berdekatan dengan pantai wisata talang siring. Wihara tersebut juga mengandung prasasti sejarah yang seharusnya tetap digali oleh para sejarawan untuk lebih tahu mendalam tentang sejarah yang ada dimadura, karena kerajaan dimadura yang berpusat dikabupaten sumenep dapat dipastikan mempunyai korelasi yang cukup kental dengan candi / wihara yang ada dikabupaten pamekasan.
Hal ini dinyatakan langsung oleh ketua wihara dewi kwan in ( Bapak KOSALAH) yang menyebutkan bahwa keberadaan candi tersebut merupakan prasasti sejarah yang saat ini terlupakan, khususnya oleh pemerintah kabupaten Pamekasan, demikian itu Nampak dari kurang perhatiannya Pemkab Pamekasan terhadap candi / wihara dewi kwan in tersebut.
Menurut sumber yang  sampai saat ini masih tetap dijaga, awal mula berdirinya wihara tersebut, berawal dari kerajaan jembringin yang ada dikecamatan proppo yang awalnya merupakan pusat kerajaan  Budha yang juga mempunyai kaitan kerja sama dengan kerajaan Majapahit untuk mengirim patung, yang direncanakan akan membangun sebuah candi di desa candi burung sekarang, namun ahirnya kapal yang memuat patung dewi kwan in tersebut berlabuh di desa polagan dan patung dewi kwan in tersebut berada disana karena tidak bisa dibawa ke desa candi burung, demikian itu terjadi pada abad Ke 14.
Kemudian pada  abad ke 17 patung dewi kwan in tersebut ditemukan oleh para petani di desa setempat (Polagan) yang sedang mencangkul kemudian dibangunlah candi  didesa tersebut, demikian sekelumit sejarah yang dijelaskan oleh bapak KOSALAH  ( ketua  wihara dewi kwan in).
Menurut  Bpk Kosalah tempat tersebut dibangun dari hasil swadaya ummat yang berasal dari luar kota, pasalnya pemerintah kabupaten pamekasan sendiri tidak pernah membantu terhadap pembangun wihara tersebut. Harapan dari ketua wihara Dewi kwan in desa polagan tersebut,mengharap kepada pemerintah kabupaten pamekasan untuk lebih apresiatif terhadap candi yang ada didesa polagan, dan tidak termarjinalkan, meskipun keberadaan agama Hindu hanya minoritas dikabupaten pameksan. (KHAKA)

0 komentar:

Posting Komentar